Oleh: Hermawan B. Prasetiyo, SE, MSA, Ak.
Kaprodi Akuntansi, Hermawan B. Prasetiyo, SE., MSA, Ak
Editor: Novianita Sari
Akreditasi sejatinya adalah sebuah harapan bagi setiap perguruan tinggi. Tak terkecuali bagi STIE
Cendekia yang pada tahun 2019 lalu, salah satu prodinya yakni akuntansi memperoleh akreditasi B. hal ini
tentunya menjadi kebahagiaan bagi semua civitas akademika di STIEKIA.
Tidak mudah untuk mendapatkan akreditasi B. kami segenap dosen dan karyawan serta seluruh
mahasiswa terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pencapaian tersebut. Lama waktu
yang dibutuhkan dalam proses persiapan akreditasi adalah berbulan-bulan bahkan mendekati hitungan tahun.
Kami berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan angka akreditasi itu menjadi B. dan ini juga tidak lepas dari
doa seluruh civitas akademika dan pihak-pihak lain yang cinta terhadap prodi akuntansi secara khusus dan
STIEKIA secara umum. Lalu apa makna sebenarnya dari akreditasi itu? Apakah hanya sebagai simbol
bergengsi yang dimiliki oleh prodi? Atau sebagai cerminan pelaksanaan Tri Dharma yang sudah dilakukan?
Atau bahkan tantangan yang harus dikejar oleh STIEKIA? Berikut beberapa makna akreditasi yang dijelaskan
oleh Pak wawan Selaku Kaprodi Akuntansi.
1. Akreditasi bermakna harapan
Harapan bisa berarti harapan semua pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal. Pada
aspek internal terdapat yayasan, kampus, dosen, karyawan, dan mahasiswa. Yayasan tentu
menginginkan setiap prodinya memiliki akreditasi yang baik. Hal ini dikarenakan, yayasan selalu
mempunyai visi misi yang harus diwujudkan melalui lembaga yakni STIEKIA untuk mencapainya. Nah,
salah satunya adalah akreditasi. Jika akreditasi semakin baik, maka yayasan merasa bangga ikut
mengantarkan lembaganya menjadi perguruan tinggi yang baik dan bisa dikenal oleh masyarakat luas.
Kampus, makna harapan terhadap akreditasi adalah bahwa kampus STIEKIA akan dikenal di masyarakat
sehingga menyebabkan banyak mahasiswa yang ikut daftar untuk kuliah di STIEKIA. Semakin besar
mahasiswa yang kuliah, maka kampus akan semakin maju, baik dalam hal prestasi maupun
prasarananya. Dosen, dosen berharap bahwa dengan adanya akreditasi, maka salah satu benefitnya
adalah akan ada banyak hibah-hibah yang diberikan baik melalui pemerintah maupun swasta yang juga
sekaligus menjalin kerja sama dengan lembaga dan dosen sebagai tenaga ahlinya dalam memberi
pelayanan, baik kepada mahasiswa maupun kepada masyarakat. Karyawan, dengan akreditasi
meningkat yang berdampak pada jumlah mahasiswa yang akan berkuliah maka secara tidak langsung
kesejahteraan kepada karyawan juga akan meningkat. Kesejahteraan juga bermakna bahwa kampus
akan menjadi salah satu tempat berpijaknya karir bagi alumninya sendiri. Mahasiswa, bagi mahasiswa
akreditasi sangat penting. Salah satu utamanya adalah agar saat lulus nanti mahasiswa mendapat
pengakuan dari pihak ekskternal terutama bagi yang mencari pekerjaan. Pihak penerima kerja akan lebih
percaya kepada kampus yang meluluskan mahasiswanya dengan akreditasi prodi yang baik.
2. Akreditasi bermakna capaian
Akreditasi bermakna capaian adalah bahwa selama menjalankan proses tri dharma perguruan tinggi
yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat, terdapat capaian
yang diraih. Semisal pada sisi pendidikan dan pengajaran, dosen melakukan proses perkuliahan dengan
menggunakan metode-metode kreatif seperti video tutorial atau memberikan bekal praktik (bisa juga
terjun langsung ke lapangan untuk lebih memberikan pengalaman kepada mahasiswa) dalam proses
belajar mengajar. Semua proses itu menjadi capaian dari target yang telah dibuat. Lalu pihak eksternal
sebagai lembaga independen yakni BAN-PT (yang mengeluarkan surat akreditasi) “memotret” kondisi
real saat melakukan kegiatan pendidikan dan pengajaran di kampus. Selain menjadi capaian internal,
metode ini dirasa bagus, karena akan meningkatkan poin akreditasi untuk menjadi lebih baik lagi.
3. Akreditasi bermakna evaluasi
Pada aspek yang ketiga ini, lebih mengarah pada sudut pandang internal. Jika akreditasi kita baik,
maka bukan berarti tidak ada yang dapat dievaluasi. Tergantung pencapaian yang akan kita inginkan.
Jika target yang di inginkan tinggi, walaupun mendapat akreditasi B, namun tetap tidak pusa terhadap
nilai tersebut, dan berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai yang maksimal. Nah, akreditasi menjadi titik
dimana bisa mengetahui “start” untuk saat ini dan dimana capaian “finish” yang akan ditetapkan. Maka
dengan begitu perubahan akan selalu tercipta dan membuat agar bergerak lebih maju tanpa terpaku
pada nilai akreditasi.
4. Akreditasi bermakna tantangan
Untuk aspek yang keempat adalah kelanjutan dari point nomor 3. Pointnya adalah “berani tidak kita
membawa dampak positif lebih besar kepada masyarakat?” acuannya bukan hanya nilai akreditasi
semata tapi sudah skala global yang dipikirkan. Mungkin saja sudah bangga saat mendapatkan
akreditasi B sementara kampus lain dan prodi lain masih di bawah itu. Nah, ini bukanlah tantangan yang
dimaksud. Dalam bahasa populernya adalah “bergerak dari zona nyaman”. Kalau apa yang dilakukan
saat ini bisa dikatakan mudah dan saat meraih kesuksesan bisa menikmatinya maka itu sedang tidak
berada pada zona tantangan, melainkan zona nyaman.
Zona tantangan adalah tidak peduli seberapa nilai saat ini, tidak peduli kampus lain lebih tinggi atau
rendah dari kampus kita dalam hal akreditasi, tetapi kata kuncinya adalah kita sebagai agent of
change,seberapa dekat bisa berevolusi dengan perubahan dan perkembangan zaman. Bahkan menjadi
sebuah yang unik dan independen diantara semua (berbeda dengan yang lain yang sudah ada) juga bisa
dikatakan suka sekali tantangan. Seperti pak wawan ini yang mengidolakan bapak presiden kita yang
sekarang, yakni bapak Joko Widodo, bahwa beliau bekerja tanpa melihat kanan dan kiri namun fokus
kepada “gerbong” yang dibawanya untuk sampai kepada suatu titik dimana Indonesia Maju dan sanggup
melampaui berbagai tantangan.
Kesimpulannya adalah berikan kepada para pembaca khususnya kepada mahasiswa, jikalau kalian
sanggup maka capailah target-target yang sudah diberikan oleh kampus maupun prodi, karena itu sangat
baik untuk diri kalian dalam hal pengembangan diri. Namun jika hal itu sudah dirasakan mudah (targettarget dari kampus kalian untuk belajar), maka bersiaplah untuk mengambil “porsi” yang sebenarnya
yakni hidup dengan sejuta tantangan, karena tantangan itu ada di dalam individu masing-masing dan
tidak bisa dicetak oleh sistem atau lingkungan apapun, namun tantangan sangat mungkin bisa dipelajari.
0 komentar:
Posting Komentar