Reporter: Abdurahman Arianto
Editor: Novianita Sari
      Pandemi Covid-19 muncul pertama kali di bulan Februari, dan kasus positif pertama berada di Wilayah 
Jawa Barat tepatnya di Bandung. Akibat dari kasus positif tersebut pemerintah langsung tanggap dalam 
mengambil tindakan, dan tindakan yang diambil diranah pendidikan adalah melakukan pembelajaran jarak 
jauh, sehingga menimbulkan berbagai kebijakan yang ada di dunia Perguruan Tinggi (PT). Salah satu 
kebijakan yang diambil adalah Kuliah Daring, alasannya adalah dengan salah satu cara menekan virus 
tersebut (Khususnya Covid-19) dengan membatasi ruang pertemuan, maka kuliah daring menjadi alternatif. 
Tak ada pilihan lain, mau meliburkan tentu tidak mungkin. Tentu itu sangat aneh. Apakah hanya gara-gara 
Covid-19 kuliah libur? Kebijakan Pemerintah untuk mengurangi pertemuan bisa dilaksanakan, tetapi kuliah 
tetap ada. Maka, kuliah dari lah menjadi salah satu solusi alternatif. 
      Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah sedemikian mudah melaksanakan kuliah daring?. Tentunya 
bagi mahasiswa yang sekarang berada di era 4.0 mau tidak mau mereka harus tanggap terhadap teknologi, 
tidak usah diragukan lagi mahasiswa sekarang, bahkan kebanyakan dari mereka untuk mencari bahan tugas 
kuliah mengandalkan dari teknologi dan beberapa referensi dari buku, bukan saja mahasiswa dosen pun 
akan dituntut untuk mahir dalam teknologi agar dapat mengoptimalkan pembelajaran jarak jauh (daring), 
tentunya dosen yang masih belum faham tentang teknologi atau bisa di sebut dengan gaptek, akan cukup 
sulit untuk melakukan pembelajaran jarak jauh, jadi apakah mudah melakukannya? Kalau dibilang mudah 
bisa sangat mudah, karena apa? Mahasiswa cukup mengikuti metode dosen dalam kuliah, jadi tidak cukup 
sulit untuk melaksanakannya.
      Lalu yang menjadi salah satu hambatan bagi para mahasiswa itu sendiri, mereka akan melaksanakan 
daring dimana? Apakah akan dilakukan dirumah? Bisa saja dilakukan dirumah tetapi perlu diingat 
pembelajaran daring ini membutuhkan kecepatan akses cukup tinggi, jadi bisa bagi mereka untuk melakukan 
pembelajaran daring dirumah bilamana rumahnya terpasang wifi, akan cukup sulit bagi mahasiswa yang 
tinggal di pedesaan, tentunya kuota internet saja tergantung pada signal yang ada, mau tidak mau mereka 
harus mencari wifi guna mengoptimalkan dalam mengikuti kuliah daring.
      Jadi sekarang apakah sudah efektif dalam mengambil kebijakan kuliah daring? Kalau dibilang sangat 
efektif tentunya tidak bisa, karena jauh lebih efektif tatap muka daripada daring, tetapi mau tidak mau 
keadaan yang menuntut diadakannya kuliah daring, dengan mempertimbangkan kesehatan masyarakat 
pilihan pembelajaran jarak jauh (daring) tentunya cukup efektif, tinggal bagaimana seorang dosen mengemas 
materi dan dapat diterima dengan maksimal oleh mahasiswa.(*)
 






 
 
0 komentar:
Posting Komentar