Selasa, 29 September 2020

Hatta, Aku Datang karena Sejarah

Editor: Novianita Sari

Identitas Buku: 
Judul : Hatta, Aku Datang karena Sejarah Penulis : Sergius Susanto 
Penerbit : Qanita PT Mizan Pustaka 
Isi : 354 Halaman 
Terbit : 2013 
Peresensi: Moh. Bashofi 


 Seorang Pahlawan Nasional dan Proklamator

 Lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902

 Waktu kecil saat berumur 8 bulan sudah ditinggal ayah kandungnya. Yang bernama Hj. Muhammad Djamil dan Ibunya bernama Siti Saleha. Menikah lagi dengan Hj. Ning dari Palembang (Ayah tiri) 

 Kakek Hatta Ilyas gelar baginda marah (Pak Gaek). Seorang saudagar kaya nan baik hati. Yang selalu menemani Hatta. Melewati perkenalan Pak Gaek ini, Hatta di usia 6 tahun sudah bisa sekolah di “sekolah rakyat lima tahun”. 

Ditinggal kakeknya ke Makkah 
Hatta hijrah ke Padang untuk melanjutkan sekolah ELS hingga tamat. Setelah itu mengikuti ujian masuk HBS “Sekolah Menengah Belanda Lima Tahun”. Saat usia 14 tahun (lolos) kemudian dilarang ibunya karena masih kecil, di Jakarta/Betawi. 

Masuk sekolah ke MULO di Padang 
Di usia 19 tahun Hatta masuk sekolah di “Handles Hoge School” di Rotterdam. 1922 mulai aktif di perhimpunan dan terpilih menjadi bedahara dalam beberapa periode. “Indonesische Vereeniging menjadi Perhimpunan Indonesia”. Kemudian di tahun 1926 periode ke-5. Terpilih menjadi ketua umum di perhimpunan Indonesia dan rajin menulis di majalah PI dan koran-koran terbitan Belanda dan Batavia. 

Hatta masuk ke dunia politik dan menggencarkan aksi propaganda tujuannya untuk memperkenalkan nama “Indonesia” kepada dunia Internasional. Februari 1927, Hatta hadir pada sebuah Kongres yang cukup penting di abad 20. “Kongres menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial” di Brussel, Belgia. Datang bersama rekan-rekannya. Nazir Pamoentjak, Achmad Soebardjo, Gatot Tarumiharjo, dan Abdul Manaf. Sebuah kongres Internasional yang tidak saja telah menaikkan pamor nama “Indonesia” juga telah membuka cakrawala pergaulan mereka di pentas politik dunia.

Westernenk (Ketua Dewan Penasihat Pelajar Indonesia di Negeri Belanda). Yang menurut Hatta dan kawan-kawan menyudutkan mereka kepada Pers Belanda. Westernenk menyebut PI sebagai sebuah “Pusat Kebrengsekan”. 23 September 1927, usai sholat subuh, dua orang polisi kerajaan Belanda mendatangi kediaman anggota PI di Den Haag dan menangkap Hatta, diamankan di Casuaristraat di usia 25 tahun. Hatta dan kawan-kawan difitnah menjadi anggota perhimpunan terlarang, terlibat dalam pemberontakan dan penghasutan untuk menentang kerajaan Belanda. Hatta hanya tersenyum. Ada 3 orang pengacara Mr. Duys, Mr. Mobach, dan Miss Weber. Menurutnya menahan/penahan Hatta dan kawan-kawan ini telah mencoreng kewibawaan dan hukum negeri Belanda. Selama 5 bulan akhirnya Hatta dan kawan-kawan dibebaskan dengan tiga tahap. Sidang 22 Maret 1928. Di tahun 1932 Hatta kembali ke tanah air lewat Hj. Usman. Hatta bisa bertemu dengan Soekarno secara tatap muka, karena selama di Belanda ia hanya mengenal lewat tulisan-tulisannya saja. Soekarno adalah ketua Partindo, ingin menggabungkan dengan PNI. Tapi versi Hatta dan Syahrir PNI ingin mendidik kader. Sedangkan Partindo mengedepankan mobilisasi massa. Ilyas gelar Baginda Marah (nama panjang Pak Gaek), Mak Alieh/Pak Gaek adalah paman Hatta. Seorang saudagar kaya nan baik hati, lewat kenalan Pak Gaek Engku Guru Thaib, Hatta sudah bisa sekolah “Sekolah Rakyat Lima Tahun” umur 19 tahun sudah ke Belanda. Semboyan Hatta “Saya tidak akan kawin sebelum Indonesia Merdeka”. Setelah bulan November disuruh menikah oleh Soekarno. Surau Inyik Djambek, Tempat ngaji Uni Rofi‟ah, kakak Hatta Datuk Syaikh Abdurahman, kakek Hatta hijrah ke Padang melanjutkan ELS hingga tamat, karena ditinggal Pak Gaek ke Makkah, mengikuti ujian masuk HBS, Sekolah Menengah Belanda Lima Tahun, tetapi bertempat di Jakarta/Betawi. Dan akhirnya dilarang oleh ibunya di umur 14 tahun. 

Hatta merasa terpojok dan berminggu-minggu lamanya akhirnya dia berhenti sekolah dan mulai bekerja di kantor pos di kota Padang. Akhirnya Hatta masuk sekolah ke MULO di Padang 

Jika di lihat lebih dalam, sesungguhnya PNI justru lebih radikal. Organisasi ini menyusun kekuatan baru lewat pikiran dan mental anggotanya sampai saatnya lahir sebagai satu kekuatan penuh untuk kemerdekaan. 

Akhir Agustus 1933, penangkapan besar-besaran terhadap tokoh pergerakan oleh Pemerintah Belanda terjadi dimana-mana. Merupakan imbas kemarahan Pemerintah Belanda, pembajakan kapal perang Belanda. HNMLS De Zeven Provincien yang dilakukan oleh sekelompok kecil awak kapal Indonesia. 

Hatta dan sahabatnya Syahrir ditangkap pada 25 Februari 1934. Hatta di penjara di Glodok, sedangkan Syahrir di Cipinang. Setelah itu Hatta dipindah di Digul, membawa 16 peti Buku (Digul/Tanah merah). 

Sebuah telegram datang dari Ambon, dari Kapten Wiarda. Isinya tentang pemindahan Hatta dan Syahrir ke Banda Neira. Saat di Banda Neira Hatta dan Syahrir mendirikan sebuah perkumpulan yang bernama PERBAMU “Perkumpulan Banda Muda” Hatta membidangi lahirnya Koperasi di perkumpulan ini. percontohan pertama saat Hatta belajar perkoperasian di Skandinavia pada 1925.(*)

0 komentar:

Posting Komentar