Editor: Novianita Sari
Identitas Buku:Judul : Hatta, Aku Datang karena Sejarah
Penulis : Sergius Susanto
Penerbit : Qanita PT Mizan Pustaka
Isi : 354 Halaman
Terbit : 2013
Peresensi: Moh. Bashofi
Lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902
Waktu kecil saat berumur 8 bulan sudah ditinggal ayah kandungnya. Yang bernama Hj. Muhammad Djamil
dan Ibunya bernama Siti Saleha. Menikah lagi dengan Hj. Ning dari Palembang (Ayah tiri)
Kakek Hatta Ilyas gelar baginda marah (Pak Gaek). Seorang saudagar kaya nan baik hati. Yang selalu
menemani Hatta. Melewati perkenalan Pak Gaek ini, Hatta di usia 6 tahun sudah bisa sekolah di “sekolah
rakyat lima tahun”.
Ditinggal kakeknya ke Makkah
Hatta hijrah ke Padang untuk melanjutkan sekolah ELS hingga tamat. Setelah itu mengikuti ujian masuk
HBS “Sekolah Menengah Belanda Lima Tahun”. Saat usia 14 tahun (lolos) kemudian dilarang ibunya
karena masih kecil, di Jakarta/Betawi.
Masuk sekolah ke MULO di Padang
Di usia 19 tahun Hatta masuk sekolah di “Handles Hoge School” di Rotterdam. 1922 mulai aktif di
perhimpunan dan terpilih menjadi bedahara dalam beberapa periode. “Indonesische Vereeniging menjadi
Perhimpunan Indonesia”. Kemudian di tahun 1926 periode ke-5. Terpilih menjadi ketua umum di
perhimpunan Indonesia dan rajin menulis di majalah PI dan koran-koran terbitan Belanda dan Batavia.
Hatta masuk ke dunia politik dan menggencarkan aksi propaganda tujuannya untuk memperkenalkan
nama “Indonesia” kepada dunia Internasional. Februari 1927, Hatta hadir pada sebuah Kongres yang
cukup penting di abad 20. “Kongres menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial” di Brussel, Belgia.
Datang bersama rekan-rekannya. Nazir Pamoentjak, Achmad Soebardjo, Gatot Tarumiharjo, dan Abdul
Manaf. Sebuah kongres Internasional yang tidak saja telah menaikkan pamor nama “Indonesia” juga telah
membuka cakrawala pergaulan mereka di pentas politik dunia.
Westernenk (Ketua Dewan Penasihat Pelajar Indonesia di Negeri Belanda). Yang menurut Hatta dan
kawan-kawan menyudutkan mereka kepada Pers Belanda. Westernenk menyebut PI sebagai sebuah
“Pusat Kebrengsekan”. 23 September 1927, usai sholat subuh, dua orang polisi kerajaan Belanda
mendatangi kediaman anggota PI di Den Haag dan menangkap Hatta, diamankan di Casuaristraat di usia
25 tahun. Hatta dan kawan-kawan difitnah menjadi anggota perhimpunan terlarang, terlibat dalam
pemberontakan dan penghasutan untuk menentang kerajaan Belanda. Hatta
hanya tersenyum. Ada 3 orang pengacara Mr. Duys, Mr. Mobach, dan Miss
Weber. Menurutnya menahan/penahan Hatta dan kawan-kawan ini telah
mencoreng kewibawaan dan hukum negeri Belanda. Selama 5 bulan
akhirnya Hatta dan kawan-kawan dibebaskan dengan tiga tahap. Sidang 22
Maret 1928.
Di tahun 1932 Hatta kembali ke tanah air lewat Hj. Usman. Hatta bisa
bertemu dengan Soekarno secara tatap muka, karena selama di Belanda ia
hanya mengenal lewat tulisan-tulisannya saja. Soekarno adalah ketua
Partindo, ingin menggabungkan dengan PNI. Tapi versi Hatta dan Syahrir
PNI ingin mendidik kader. Sedangkan Partindo mengedepankan mobilisasi
massa.
Ilyas gelar Baginda Marah (nama panjang Pak Gaek), Mak Alieh/Pak Gaek adalah paman Hatta. Seorang saudagar kaya nan baik hati, lewat kenalan Pak Gaek Engku Guru Thaib,
Hatta sudah bisa sekolah “Sekolah Rakyat Lima Tahun” umur 19 tahun sudah ke Belanda.
Semboyan Hatta “Saya tidak akan kawin sebelum Indonesia Merdeka”. Setelah bulan November disuruh
menikah oleh Soekarno.
Surau Inyik Djambek, Tempat ngaji
Uni Rofi‟ah, kakak Hatta
Datuk Syaikh Abdurahman, kakek
Hatta hijrah ke Padang melanjutkan ELS hingga tamat, karena ditinggal Pak Gaek ke Makkah, mengikuti
ujian masuk HBS, Sekolah Menengah Belanda Lima Tahun, tetapi bertempat di Jakarta/Betawi. Dan
akhirnya dilarang oleh ibunya di umur 14 tahun.
Hatta merasa terpojok dan berminggu-minggu lamanya akhirnya dia berhenti sekolah dan mulai bekerja di
kantor pos di kota Padang. Akhirnya Hatta masuk sekolah ke MULO di Padang
Jika di lihat lebih dalam, sesungguhnya PNI justru lebih radikal. Organisasi ini menyusun kekuatan baru
lewat pikiran dan mental anggotanya sampai saatnya lahir sebagai satu kekuatan penuh untuk
kemerdekaan.
Akhir Agustus 1933, penangkapan besar-besaran terhadap tokoh pergerakan oleh Pemerintah Belanda
terjadi dimana-mana. Merupakan imbas kemarahan Pemerintah Belanda, pembajakan kapal perang
Belanda. HNMLS De Zeven Provincien yang dilakukan oleh sekelompok kecil awak kapal Indonesia.
Hatta dan sahabatnya Syahrir ditangkap pada 25 Februari 1934. Hatta di penjara di Glodok, sedangkan
Syahrir di Cipinang. Setelah itu Hatta dipindah di Digul, membawa 16 peti Buku (Digul/Tanah merah).
Sebuah telegram datang dari Ambon, dari Kapten Wiarda. Isinya tentang pemindahan Hatta dan Syahrir ke
Banda Neira. Saat di Banda Neira Hatta dan Syahrir mendirikan sebuah perkumpulan yang bernama
PERBAMU “Perkumpulan Banda Muda” Hatta membidangi lahirnya Koperasi di perkumpulan ini.
percontohan pertama saat Hatta belajar perkoperasian di Skandinavia pada 1925.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar